Menjelajahi Alam Digital yang Luas




Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuuh, selamat siang sahabat literasi. Siang ini kembali saya hadir untuk menuliskan resume pelatihan GMLD ke - 14 yang akan disampaikan oleh Ibu Maesaroh. M.Pd dan moderator Ms.Phia. Kegiatan ini dilaksanakan melalui WhatsApp group pada hari Rabu, 1 Desember 2021 pukul 16.00 WIB. Ibu Maesaroh ini adalah seorang Penulis Handal, Cantik, ramah yang dikenal dengan Blogger Millenial. 

Materi kali ini merupakan hal yang tidak asing bagi kita semua, istilah yang digunakan oleh bu Maesaroh adalah ngebolang di dumay.  Jangankan kita sebagai seorang guru, bahkan anak-anak didik kita, mereka ada yang jadi selebgram, seleb tiktok, serta seleb fb. Karena apa? Karena pengaruh dunia digital begitu luas. Namun, tanpa kita sadari, dari sekian aplikasi dunia maya yang mereka gunakan, terkadang hanya membawa mereka terjerumus pada pergaulan yang salah. Gaul sih iya, tapi tak berliterasi. Sehingga mereka gampang jadi penyebar informasi hoax. Untuk itu, yang akan beliau bahas di sini adalah penekanan literasi pada alam digital. Tepatnya literasi di media digital.

Untuk mengembangkan budaya literasi genarasi penerus bangsa, di perlukan kecakapan dalam menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab agar mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel. Cerdas bermedia sosial berarti cerdas berliterasi. Perlu edukasi yang masif dalam menggerakan literasi digital agar setiap individu dapat dengan mudah memahami informasi dengan benar. Apa saja yang kecakapan dalam dunia digital?

Ada 4 Pilar/Dasar dalam memahami literasi digital:
  1. Digital Culture cakap  bermedia digital dengan memanfaatkan media digital sebagai alat untuk menghubungkan satu koneksi menuju seluruh dunia
  2. Digital Safety cakap dalam melindungi diri dan aset digital ketika sedang berada di dunia digita.
  3. Digital Ethics etis dalam menggunakan dunia digital dengan tidak mengalahgunakan alat digital sebagai penyebar informasi hoaks
  4. Digital Skill cakap secara tehnologi dalam menggunakan piranti digital sebagai alat untuk meng up grade pengetahuan. Adapun kecakapan dalam hal ini perlu meliputi 8 kecakapan diantaranya : Cakap dalam memakai ilmu Coding, Collaboration, Cloud software, Word Processing software, Screen Casting, Personal digital archiving, Information Evaluation, Use of social media

Menjelajah alam digital/alam maya. Adalah sebuah alam yang memberi koneksi antara satu individu dengan individu lainnya (jauh menjadi dekat) lewat kecanggihan sebuah teknologi. Seperti yang kita ketahui alam media digital yang kerap kali kita gunakan, adalah aplikasi sosmed berupa WA, IG, FB, Twitter serta perangkat google dengan segala produknya. 

Sebagai seorang guru tentu kita mengetahui sebagian besar anak didik kita sudah menggunakan piranti digital. Mereka sangat pandai bergaul di dunia maya. Tak jarang ketika gurunya belum mengerti sebuah aplikasi, tetapi anak muridnya sudah mahir menggunakan medsos. Sepeerti tiktok yang saat ini begitu digandrungi anak-anak remaja, sementara saya punya aplikasi saja tidak. Itulah sebabnya mengapa begitu penting bagi kita untuk menggaungkan literasi digital terhadap anak didik kita ataupun masyarakat di lingkungan kita. Tak sedikit dari siswa kita yang terkadang salah kaprah dalam penggunaan media sosial. Pemahaman yang cukup mengenai dunia digital bagi kalangan anak muda dan keterbukaan informasi di media sosial yang memberikan dampak negatif penggunaan media sosial seringkali dialami oleh anak muda hususnya para pelajar. Usia muda atau remaja berasal dari kata adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Usia remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang dialaminya dalam tiga tingkatan yaitu praremaja 10-12 tahun, remaja awal 13- 16 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun. 

Dalam menyongsong abad 21 dimana adanya implementasi pembelajaran melalui mesin (komputasi) segala informasi tersedia dengan luas, dimana saja dan kapan saja. Maka, digital literasi menjadi penting untuk membangun pendidikan yang berintergrasi pada  pergeseran pembangunan pendidikan ke arah ICT, sebagai salah satu strategi manajemen pendidikan 21 yang di dalamnya meliputi tata kelola kelembagaan, dan sumber daya masunia. Untuk itu,  edukasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam meningkatkan budaya cerdas ber-literasi agar para generasi penerus bangsa mampu menyarig  informasi  dengan baik yang beredar dari media sosial. Pemahaman literasi digital yang buruk akan berpengaruh pada dampak psikologis anak dan remaja yang cenderung menghina orang lain, menimbulkan sikap iri terhadap orang lain, mengakibatkan depresi, terbawa arus suasana hati terhadap komentar negatif, serta terbiasa berbicara dengan bahasa kurang sopan. Atas dasar pandangan tersebut, hal inilah yang menyebabkan dampak buruk dalam berinteraksi. 

Apabila penggunaan piranti digital terlampau tinggi, maka mereka akan cenderung mengalami Digital Fatigue. Ciri-ciri Digital Fatigue: 

  1. Perasaan lelah, bosan, malas, dengan berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial, dan berbagai platform digital lain.
  2. Mata terasa sakit, lelah, dan perih.
  3. Mata terasa sakit, lelah, dan perih.
  4. Sakit kepala dan migrain.
  5. Nyeri otot leher, bahu, atau panggung.
  6. Sensitif terhadap cahaya.
  7. Gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori.
  8. Merasa putus asa dan tidak berdaya.
  9. Kewalahan menghadapi situasi yang berulang.
  10. Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga, dan malas bergerak.
  11. Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar.




Untuk itu seorang guru perlu menjadi stakeholder dalam pengembangan literasi media karena media merupakan alam maya yang mampu membawa kita terhubung pada dunia yang lebih luas. Ada 5 kecakapan yang perlu dikuasai dalam berliterasi media bagi pelajar dan semua kalangan:

  1. Photo visual literacy Kemampuan untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari visual.
  2. Reproduksi literacy. Kemampuan untuk menggunakan teknologi digital untuk menciptakan karya baru dari pekerjaan.
  3. Percabangan literacy. Kemampuan untuk berhasil menavigasi di media non-linear dari ruang digital.
  4. Informasi literacy. Kemampuan untuk mencari, menemukan, menilai dan mengevaluasi secara kritis informasi yang di temukan di web.
  5. Sosio-emosional literacy. Kemampuan yang mengacu pada aspek-aspek sosial dan emosional yang hadir secara online, apakah itu mungkin melalui sosialisasi, dan berkolaborasi, atau hanya mengkonsumsi konten.

Selain itu kita juga perlu  pahami 8 elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital:

1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna digital.
2. Kognitif, yaitu daya pikir menilai konten.
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual.
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja dan jejaring komunikasi di dunia digital.
5. Kepercayaan diri yang bertanggungjawab.
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru.
7. Krisis dalam menyikapi konten.
8. Bertanggungjawab secara sosial.

Sadar atau tidak, kita adalah bagian dari dunia. Alam maya membawa kita terbang dari satu tempat ke tempat lain, dari satu negara menuju negara lain. Dari sekian media sosial yang dipakai sebagian besar rakyat dunia, perlu literasi media yang masif agar kita mampu menggenggam dunia dengan cara yang benar. 

Lima Cara dalam meliterasi Media Sosial:

1. Perhatian 
Kemampuan untuk mengidentifikasi ketika dibutuhkan fokus perhatian dan mengenali ketika multitasking bermanfaat. Perhatian dapat dicapai dengan memahami bagaimana pemikiran orang. Akan sulit untuk memfokuskan perhatian karena pikiran kita cenderung berjalan acak.
2. Partisipasi
Mengetahui kapan dan bagaimana partisipasi merupakan hal penting. Partisipasi memberikan pengguna pengalaman berbeda saat menjadi produktif. Partisipasi dalam media sosial dibedakan menjadi dua yaitu netizen aktif dan netizen pasif. Netizen aktif merupakan pengguna media sosial yang ikut memberikan post di media sosial. sedangkan pengguna pasif merupakan pengguna media sosial yang hanya membaca lini masa media sosial tanpa memberikan posting-an.
3. Kolaborasi
Pengguna dapat mencapai lebih dengan bekerja sama dibandingkan dengan bekerja sendirian. Melalui kolaborasi, redudansi dapat dihilangkan dan pekerjaan dapat didistribusikan. Adanya kolaborasi memungkinkan masyarakat berbagi sumber daya dan membangun ide lain.
4. Kesadaran jaringan
Jaringan sosial saat ini diperluas dengan adanya teknologi. Saat ini masyarakat dapat menjadi anggota dari newsgroup, komunitas virtual, situs gossip, forum dan organisasi lainnya. Pemahaman mengenai sosial dan jaringan teknis.
5. Pemakaian secara kritis
Pemakaian secara kritis adalah evaluasi tentang apa dan siapa yang dapat dipercayai. Sebelum mempercayai, mengkomunikasikan, atau menggunakan apa yang ditulis oleh orang lain, ada baiknya melakukan identifikasi. Cek klaim yang terdapat dalam informasi tersebut, lihatlah latar belakang penulis, sumber daya dan keakuratannya.

Literasi media sosial merupakan suatu keterampilan yang diperlukan untuk tetap dapat melakukan aktifitas ber-media sosial dengan aman. Sebagai warganet yang baik, kita harus mampu menyaring dan memberikan informasi yang edukatif. Sesuai dengan istilah media sosial yang dikemukakan oleh (Taylor & Francis Online, 2014) bahwa media sosial memiliki akronim sebagi berikut:
1. Sharing views
2. Optimizing Knowledge
3. Collaborating on projects
4. Investigating new ideas
5. Advocacy for your service provision
6. Learning from others
7. Making new connections
8. Enhancing your practice
9. Debating the future
10. Inspirational support
11. An essensial tools for your information toolbox

Media sosial yang kental dengan kehidupan masyarakat saat ini, menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap kebutuhan informasi juga meningkat. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang baik. Sayangnya, karena media sosial merupakan salah satu arena untuk menyebarkan informasi, maka ada banyak informasi yang simpang siur. 
Membangun mental digital berarti membangun karakter para generasi bangsa menuju masa emas 2045. 
Generasi milenial dalam dunia digital akan terus menggelinding dan akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Target Indonesia emas (2045) akan tercapai bila generasi milenial saat ini melek wawasan kebangsaan, dan menguasai literasi kebangsaan.

Sarat cerdas berliterasi digital adalah memiliki karakter kebangsaan yang perlu dijunjung  tinggi dan harus menjadi poin utama dalam berbagai aspek. Beberapa nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan diantaranya:
1. Nilai Kejujuran
2. Nilai Semangat
3. Nilai Kebersamaan atau Gotong royong
4. Nilai Kepedulian  atau solidaritas
5. Nilai Sopan santun
6. Nilai Persatuan dan Kesatuan
7. Nilai Kekeluargaan
8. Nilai Tanggungjawab

Kegiatan ditutup oleh Bu Maesaroh dengan Closing statement, Mulailah dari diri kita, yang memberi perubahan. Jika mereka tampak acuh, biarkan, semakin acuh mereka semakin penasaran. Demikian resume saya kali ini terima kasih kepada Ibu Maesaroh untuk materi yang luar biasa padat ini, dan Ms. Phia yang telah memandu kegiatan. Wassalam.

Bekasi,

Nita Widya

Komentar

  1. Masya Allah, resumenya lengkap, rapi, dan lugas bahasanya. Sehingga mengalir dan enak dibaca. Salam Literasi dari Way Kanan, Lampung Mbak Nita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ibu sudah mampir... Salam literasi

      Hapus
  2. Resumenya lengkap dan runtut keren .

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eksplorasi Konsep Modul 2.3 Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai- Nilai Kebajikan Sebagai Seorang Pemimpin

Strategi Menangkal Hoax bersama Heni Mulyati, M.Pd