Strategi Menangkal Hoax bersama Heni Mulyati, M.Pd


     Selamat sore semua, ini adalah resume ke-5 dalam Pelatihan GMLD yang diadakan secara daring melalui grup WA oleh PGRI. Acara sore ini dimoderatori oleh Pak Muliadi dan dibantu oleh Pak Dail dan Ibu Rosminiyati. Pemateri sore ini adalah Ibu Heni Mulyati, M.Pd dengan tema, Strategi Menangkal Hoax. Kehadiran teknologi digital sekarang ini banyak memberikan kemudahan dalam berbagai sektor kehidupan, tetapi hal ini bukan berarti selalu membawa hal positif dalam kehidupan kita. Informasi dapat dengan mudah diakses oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun berada. Tetapi sayangnya tidak semua informasi yang kita dapatkan adalah informasi yang benar. Sekarang ini kita sangat sulit untuk membedakan mana informasi yang fakta ataupun hoax. Informasi hoax sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan perpecahan, menimbulkan opini negatif dan tentunya merugikan bagi orang lain. Oleh karena itu kita harus menghindari dari berita hoax. 

    Perkembangan era digital dan banjir informasi. Kita bernostalgia di zaman dimana internet belum  ada dan siaran televisi terbatas. Tidak semua orang memiliki dan dapat menyaksikan siaran televisi. Informasi sangat terbatas. Sekarang siapapun bisa menjadi pembuat, penyebar, dan pengguna informasi. Ada beberapa situasi yang perlu kita sadari terkait dengan banjirnya informasi ini, yaitu:

  1. Era Post Truth. Ketika suatu fakta diberikan orang cenderung tidak menerimanya, hal ini disebabkan emosi yang dominan dan keyakinan pribadi. 
  2. Matinya kepakaran, yaitu suatu frasa  yang menggambarkan ketidakpercayaan terhadap pendapat para pakar atau para ahli
  3. Filter bubble ( mengacu pada data atau histori pengguna) dan echo chamber (kesamaan informasi antar pengguna)
    Selain kemudahan informasi yang kita dapatkan, ada hal lain yang perlu kita perhatikan yaitu peredaran hoax di masyarakat. Yang paling banyak saat ini (2020)  adalah isu politik dan kesehatan menurut survei yang dilakukan oleh Litbang Mafindo. Hoax banyak beredar melalui WA, FB, dan Twitter. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk mengetahui apakah berita yang kita terima benar atau hanya hoax.

    Hoax sudah digunakan sekitar akhir abad 17 di Inggris. Asal katanya dari Hocus = menipu atau mengelabui. Hocus pocus = celoteh tanpa arti untuk mengelabui, mirip dengan SIM SALABIM. Saya jadi teringat dengan film Harry Potter.... Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar.  Mengapa masih ada yang percaya hoax, berikut alasannya:
  1. Kemampuan literasi digital dan berpikir kritis yang belum merata
  2. Polarisasi masyarakat
  3. Belum cakap memilah informasi dan minimnya kemampuan periksa fakta
    Ada banyak alasan seseorang menyebarkan hoax, salah satunya adalah motif ekonomi. Ada oknum yang sengaja membuat situs yang isinya provokatif demi mendapatkan keuntungan. 
Ciri-ciri informasi hoax:
  1. sumber informasi tidak jelas
  2. biasanya bangkitkan emosi
  3. alasan yang terlihat ilmiah tetapi salah
  4. isinya sembunyikan fakta
  5. minta disebarluaskan
    Dampak yang terjadi akibat adanya hoax, akan timbul perpecahan dan saling curiga antara kita. Selain itu timbul kebingungan untuk membedakan mana yang hoax ataupun bukan. kemudian bagaimana kita dapat membedakan apakah berita yang kita terima adalah benar atau hoax? Kita dapat mengecek pada situs pencari fakta, seperti : www.turnbackhoax.co.id atau www.cekfakta.com. Cek pada media yang kredibel. Gunakan Google reverse image untuk cek unggahan foto. dan kita juga dapat menginstall aplikasi Hoax Buster Tools dari Mafindo. Selain itu kita juga bisa cek berita hoax melalui wa. Materi ditutup oleh bu Heni dengan kata-kata " Bijak gunakan media digital. Apa yang kita unggah akan tinggalkan rekam jejak digital. Periksa faktanya, jika valid dan bermanfaat, baru sebar kemudian."




    Demikian tulisan saya kali ini semoga bermanfaat bagi yang membacanya, terimakasih  kepada Bu Heni atas ilmu yang diberikan dan  terimakasih pula kepada para moderator yang telah memandu acara sore ini. Wassalam.

Bekasi,

Nita Widya

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eksplorasi Konsep Modul 2.3 Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai- Nilai Kebajikan Sebagai Seorang Pemimpin